
DEPOK, KOMPAS.com – Merebaknya aplikasi pinjaman online (pinjol) telah menjadi pilihan yang menggugah bagi banyak orang yang membutuhkan dana darurat dalam waktu cepat.
Namun, pilihan yang “menarik” ini justru menjerat beberapa individu, salah satunya adalah Santi (26), seorang karyawan swasta yang terjebak dalam dua aplikasi pinjol.
Santi mulai menjajal dunia pinjol pada awal 2025, saat seorang sales menawarkan pinjaman dengan limit yang menggiurkan.
Baca juga: Cerita Sarah Terjerat Pinjol demi Bayarkan Tagihan Orangtua
“Awal Januari itu memang butuh karena kepepet kebutuhan keluarga. Awalnya cuma pinjam Rp 3 juta,” ungkap Santi kepada Kompas.com pada Selasa (29/4/2025).
Sebagai anak bungsu dengan tanggung jawab membiayai pengobatan orangtuanya yang sakit stroke, godaan pinjaman cepat sulit untuk diabaikan.
Dengan gaji bulanan sekitar Rp 5.500.000, Santi merasa cicilan pinjaman tiga juta rupiah selama enam bulan tidak akan menjadi masalah.
Namun, keadaan ekonomi keluarga yang tak kunjung membaik membuat Santi terjebak dalam lubang utang.
Tabungan yang pernah ada kini telah habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara ibunya membutuhkan perawatan yang intensif.
Baca juga: 1.081 Orang Terjerat Pinjol dalam 3 Bulan, Mayoritas Perempuan
Dalam keadaan terjepit, Santi kembali tergoda untuk meminjam dari aplikasi pinjol lainnya yang menawarkan syarat administrasi yang lebih ringan.
“Ibu saya sakit, saya butuh uang (lebih) banyak, jadi saya pinjam lagi Rp 4 juta di aplikasi pinjol lainnya,” jelasnya.
Dalam pandangan Santi, pinjol menawarkan solusi cepat untuk krisis yang dihadapinya, seolah memberikan bantuan darurat bagi hidupnya dan keluarganya.
Bagi Santi,
“Enggak mau nyusahin orang dan jumlahnya juga gede. Saya enggak suka ditolak-tolak begitu kalau lagi minta tolong. Daripada sakit hati,” tambahnya.
Dia juga merasa khawatir kemungkinan memecah hubungan dengan teman atau kerabat apabila meminjam uang dari mereka.
Baca juga: Aduan Pinjol dan Investasi Ilegal Capai 16.231 Kasus pada 2024, Mayoritas Pengadu Perempuan
Meski demikian, Santi mengakui bahwa penyesalan kini membayangi hidupnya.
Ia merasa terjebak dan hanya mencari cara untuk menutupi lubang-lubang pinjaman yang telah digali.
Ketakutan akan kedatangan debt collector menjadi pikiran yang terus menghantuinya.
“Nanti kalau pinjol saya sudah lunas, mau saya non-aktifkan semua aplikasinya,” tutupnya dengan nada harap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.