
JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pertanian (Mentan) mengungkapkan bahwa para tengkulak beras alias middleman bisa meraup keuntungan hingga Rp 42 triliun.
Dana jumbo itu mereka peroleh ketika masuk dalam rantai pasok beras. Di mana, para tengkulak menjadi perantara bagi petani dan konsumen.
Perkaranya, saat mereka berperan dari sentra produksi ke tempat distribusi hingga pengecer, harga beras menjadi lebih mahal.
Artinya, mereka mengambil beras dari petani dengan harga murah, namun menjualnya kepada konsumen dengan harga yang cukup tinggi.
Baca juga: Ekspor 24.000 Ton Beras ke Malaysia karena Beras Impor Bulog Numpuk? Ini Penjelasan Mentan
Amran menuturkan, keuntungan yang didapatkan tengkulak dihitung dari selisih harga rata-rata di tingkat penggilingan dengan eceran. Seperti, Rp 2.000 per kilogram (kg) dikalikan 21 juta ton beras.
“21 juta ton dikali Rp 2.000 (selisih harga), itu Rp 42 triliun yang didapatkan dari middleman,” ujar Amran saat ditemui di gedung Kementerian Pertanian, Selasa (3/6/2025).
Di balik keuntungan para tengkulak itu, para petani justru mendapat keuntungan kecil, padahal mereka bekerja lebih keras.
Amran mencatat, keuntungan per bulan yang diperoleh petani hanya Rp 1 juta sampai Rp1,5 juta saja.
“Jangan mempermainkan, kita setengah mati ini berproduksi, kita setengah mati bantu petani. Tahu enggak uangnya petani? Petani mendapatkan per bulan, satu keluarga itu hanya Rp 1 juta, Rp 1,5 juta per bulan,” paparnya.
“Kerja banting tulang di lapangan selama 3 bulan, 4 bulan bekerja keras, terus dipermainkan,” beber dia.
Baca juga: Pejabat Kementan Palak Mitra Rp 27 Miliar, Mentan: Sudah Kami Pecat!
Untuk diketahui, Kementerian Pertanian (Kementan) dan Satgas Pangan Polri mulai menginvestigasi dugaan mafia beras di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC).
Proses penyelidikan tersebut dimulai pada Selasa (3/6/2025).
Amran menjelaskan, dugaan tindak kejahatan tersebut terkait dengan jumlah beras yang dikeluarkan dari gudang oleh PT Food Station Tjipinang Jaya (Perseroda) yang lebih tinggi dari biasanya.
Di mana, per 28 Mei 2025, volume beras yang keluar dari gudang Cipinang mencapai 11.410 ton. Angka ini melonjak dari volume normal hari-hari sebelumnya yang berada di kisaran 2.000 ton hingga 3.000 ton.
“Satgas sudah turun. Alasannya (dari Food Station Tjipinang Jaya) katanya, oh salah hitung. Apa? Koreksi? Macam-macam alasannya, baru statement. Kejar juga yang statement di sana (Food Station Tjipinang Jaya),” ucapnya.
Lantaran masih dalam tahap investigasi, Amran belum dapat merinci lebih jauh soal 11.410 ton beras yang digelontorkan ke luar.
Hanya saja, dia menduga beras tersebut diblending dan dijual lebih mahal dari harga pasar.
Baca juga: Gandeng Satgas Pangan, Mentan Investigasi Dugaan Mafia Beras di Food Station Tjipinang Jaya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.