KUBET – Penyebab Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon Menurut Badan Geologi

Kejadian tanah longsor Cirebon, tepatnya di Gunung Kuda (Galian C), Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, pada Jumat (30/5/2025).

Lihat Foto

BANDUNG, KOMPAS.comBadan Geologi Kementerian ESDM mengumumkan hasil analisis bencana gerakan tanah yang terjadi di area tambang Galian C, Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat.

Kepala Badan Geologi M Wafid mengungkapkan beberapa faktor yang diperkirakan menjadi penyebab terjadinya longsor tersebut.

  1. Kemiringan lereng tebing yang sangat terjal (>45°)
  2. Lokasi gerakan tanah berada di area tambang terbuka dengan metode penambangan teknik under cutting
  3. Kondisi tanah pelapukan dan litologi batuan yang labil

Secara geografis, gerakan tanah ini terletak pada koordinat 6,77399° LS dan 108,40123° BT.

Baca juga: Tim SAR Masih Cari 11 Orang Dalam Longsor Galian C di Cirebon

Berdasarkan informasi sementara, peristiwa longsor yang terjadi pada Jumat (30/5/2025) sekitar pukul 10.00 WIB ini menelan korban jiwa hingga 14 orang.

Gerakan tanah longsor diperkirakan berupa longsoran atau runtuhan bahan rombakan (batu dan tanah) yang dipicu oleh kemiringan lereng yang sangat terjal dan gangguan pada lereng akibat pemotongan lereng,” kata Wafid dalam keterangannya, Sabtu (31/5/2025).

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Arjawinangun, Jawa, batuan penyusun di daerah bencana termasuk dalam satuan batuan terobosan Andesit Hipersten (Hya) yang memiliki komposisi mineral hipersten, plagioklas, dan sedikit kuarsa.

Baca juga: Daftar Korban Tewas dalam Longsor Galian C Gunung Kuda di Cirebon

Lebih lanjut, berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, daerah bencana terletak di Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi.

Sedangkan, berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah Provinsi pada bulan Mei 2025, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, daerah bencana terletak pada Prakiraan Gerakan Tanah Tinggi.

“Artinya, daerah ini mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali,” ungkap Wafid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


KUBET

KUBET

KUBET

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *