
JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai kesepakatan Amerika Serikat (AS) dan China untuk menurunkan tarif resiprokal selama 90 hari memberikan sinyal positif bagi negosiasi tarif AS dan Indonesia.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu, Deni Surjantoro, mengatakan kesepakatan AS-China itu membuktikan bahwa diplomasi dan negosiasi bisa efektif dalam menurunkan tarif resiprokal AS.
Sehingga, ini membuka peluang bagi negara lain, termasuk Indonesia, untuk menurunkan tarif resiprokal AS melalui diplomasi dan negosiasi.
Baca juga: Tarif Impor China ke AS Lebih Rendah, Daya Saing Ekspor RI Terancam
Indonesia sendiri, saat ini, sedang menegosiasikan agar tarif resiprokal AS sebesar 32 persen dapat diturunkan. “Dari sisi negosiasi ke depan, hal ini tentu menjadi sinyal yang cukup baik,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (13/5/2025).
Selain itu, menurutnya, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisi tawar dalam forum multilateral maupun bilateral, mendorong perdagangan yang lebih terbuka dan adil, sekaligus memastikan agar kepentingan nasional tetap terjaga di tengah dinamika global yang terus berkembang.
Meredanya ketegangan perang tarif AS-China ini juga berpotensi meningkatkan arus ekspor, pemulihan dan diversifikasi rantai pasok global, peluang peningkatan Foreign Direct Investment (FDI), serta perbaikan sentimen investor yang berdampak positif pada sektor keuangan. “Meredanya ketegangan ini berpotensi mendorong pergeseran rantai pasok global ke arah yang lebih terdiversifikasi namun tetap saling terkoneksi,” tambahnya.
Sebagai informasi, pemerintah Indonesia tengah mengupayakan penurunan tarif resiprokal AS yang sebesar 32 persen selama 90 hari masa penundaan tarif resiprokal.
Selama masa penundaan itu, Indonesia dikenakan tarif dasar 10 persen.

Pada 17 April lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, telah bertemu dengan USTR dan Secretary of Commerce, dan telah menyampaikan proposal Indonesia dalam menanggapi kebijakan tarif resiprokal Presiden Trump.
Kedua belah pihak sepakat untuk memulai perundingan dalam dua minggu setelahnya.
Baca juga: Dampak Kesepakatan Dagang AS-China, IHSG Bakal Menguat?
Kedua Tim Teknis akan bergerak cepat untuk membahas berbagai isu dengan target maksimal selesai sebelum jangka waktu penundaan tarif 90 hari.
Seiring dengan proses negosiasi Indonesia dan AS, negosiasi tarif antara AS dan China mulai memberikan titik terang.
Hasilnya, kedua negara adidaya itu sepakat menurunkan tarif impor.
Kesepakatan penurunan tarif tersebut merupakan hasil dari negosiasi yang dilakukan petinggi AS dan China di Jenewa, Swiss, selama dua hari pada Sabtu (10/5/2025) hingga Minggu (11/5/2025).
Hasilnya adalah tarif AS atas impor barang-barang China akan turun dari 145 persen menjadi 30 persen.
Sementara tarif China untuk barang-barang AS akan turun dari 125 persen menjadi 10 persen.
Kedua negara sepakat memberlakukan tarif impor sebesar 10 persen selama 90 hari ke depan.
China juga menghentikan serta membatalkan tindakan lainnya, seperti ekspor mineral penting ke AS, yang sempat diberlakukan sebagai balasan atas perang tarif yang dikobarkan Presiden AS Donald Trump.
Baca juga: Ini 10 Perusahaan yang Masuk Klub 1 Triliun Dollar AS, Tesla Kembali Gabung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.