KUBET – Ada Tarif Trump, Sri Mulyani: AS Menganggap Dirinya Korban Globalisasi…

Menkeu Sri Mulyani dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers secara daring dari Washington DC, AS, Jumat (25/4/2025).

Lihat Foto

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Amerika Serikat (AS) merasa menjadi korban dari globalisasi.

Oleh karenanya, AS menerapkan kebijakan tarif impor alias tarif Trump karena merasa mendapat perlakuan tidak adil dalam perdagangan global.

“Selama ini lebih banyak negara miskin atau negara emerging menganggap bahwa globalisasi tidak selalu menguntungkan secara adil. Namun di dalam fenomena yang sekarang terjadi, justru Amerika Serikat sebagai negara terbesar di dunia juga menganggap dirinya menjadi korban dari globalisasi,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers secara daring dari Washington DC, AS, Jumat (25/4/2025).

“Ini memberikan suatu tekad bersama di dalam pembahasan G20 bahwa rezim dari perdagangan global dan perdagangan internasional perlu untuk dilakukan reformasi,” katanya.

Baca juga: Google, Boeing, hingga Microsoft Dukung Indonesia soal Tarif Trump

Sehingga menurut Sri Mulyani, reformasi perdagangan global akan terus dibahas dalam forum-forum internasional ke depannya.

Dalam penjelasannya, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa AS punya pesan khusus dalam kondisi perang tarif dunia saat ini.

Pesan itu disampaikan di sejumlah forum seperti pertemuan Bank Dunia maupun IMF Spring Meeting.

Pesan tersebut juga disampaikan dalam rangka negosiasi tarif yang dilakukan berbagai negara dengan AS.

“Mungkin ini ada hubungannya dengan pesan dari Amerika Serikat yang disampaikan di berbagai forum yang saat ini sedang berlangsung. Yaitu bahwa Amerika Serikat memang menginginkan adanya sebuah rebalancing di dalam hubungan Amerika terhadap mitra-mitra dagangnya,” ungkapnya.

“Dan dalam konteks rebalancing ini, ya berbagai langkah baik koreksi di dalam negeri Amerika sendiri maupun koreksi dari negara-negara partner dagangnya diharapkan terjadi sehingga akan memunculkan sebuah hubungan baru yang dianggap adil oleh kedua pihak,” kata Sri Mulyani.

Baca juga: Negosiasi Tarif Trump, Sri Mulyani Sempat Bandingkan Catatan dengan Menkeu Negara Lain

Di sisi lain, saat ini tarif timbal balik sebesar 10 persen masih berlaku selama 90 hari. Penerapan tarif trump 10 persen ini sudah terlihat mempengaruhi sejumlah indikator ekonomi.

“Katakanlah seperti jumlah pengiriman barang antar negara menjadi menurun dan juga dari sisi dampaknya nanti terhadap outlook pertumbuhan ini yang mungkin perlu untuk tentu diantisipasi oleh policy maker. Saya yakin ini juga akan berpengaruh terhadap semua negara di dunia,” jelasnya.

Dalam pembicaraan dengan Menkeu AS, Scott Bessent, disebutkan bahwa proses rebalancing akan memerlukan waktu dua hingga tiga tahun.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menandatangani perintah eksekutif untuk meningkatkan penambangan dan produksi batubara AS, di East Room, Gedung Putih, Washington DC, 8 April 2025.AFP/SAUL LOEB Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menandatangani perintah eksekutif untuk meningkatkan penambangan dan produksi batubara AS, di East Room, Gedung Putih, Washington DC, 8 April 2025.

Namun, hal itu juga tergantung dari negara mana yang bernegosiasi dengan AS. Sehingga menurut Sri Mulyani, Indonesia bisa punya keuntungan dalam bernegosiasi karena sudah bergerak cepat.

“Oleh karena itu tadi yang disampaikan Pak Menko (Airlangga) bahwa Indonesia mendapatkan advantage sebagai early mover. Itu disampaikan oleh Scott Bessent, tadi mengenal karakter dari Presiden Trump, mereka biasanya menghargai the first mover yang akan diberikan advantage,” ungkapnya.


KUBET

KUBET

KUBET

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *