KUBET – Negaranya Terlilit Utang, Warga di Kenya Tak Bisa Makan karena Tidak Punya Uang

Para pengunjuk rasa berlari untuk mencari tempat perlindungan di luar gedung Parlemen Kenya setelah menyerbu gedung tersebut. Terlilit Utang, Warga Kenya Tak Bisa Makan karena Tidak Punya Uang

Lihat Foto

KOMPAS.com – Seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan sweater hitam lusuh dan sepatu boot plastik membungkuk, menggali tempat pembuangan sampah di luar pintu depan rumahnya.

Perempuan bernama Florence Kambua itu mengumpulkan plastik, kaca, pakaian, dan apa pun yang ditemukannya untuk dijual di ibu kota Kenya.

Dia tinggal di kawasan kumuh setelah pindah ke Nairobi. Makanan busuk dan popok basah berceceran di bawah kakinya.

Kambua adalah salah satu dari sekian banyak warga Kenya yang menjalani hidup sulit setelah negara tersebut terlilit hutang.

Ibu dari enam anak ini kehilangan pekerjaannya setelah memutuskan merantau ke kota metropolitan terbesar di Afrika Timur, Nairobi.

Suaminya meninggalkan dirinya dan anak-anaknya. Sementara warung makan kecil yang didirikannya dihancurkan karena pembangunan jalan tol baru yang melintasi kota.

Apa yang dilakukannya sekarang adalah satu-satunya pilihan yang dimilikinya untuk bertahan hidup. Setiap hari, dia mengumpulkan uang 100 shilling Kenya atau sekitar Rp 12.500.

Mulanya, uang tersebut masih cukup untuk membeli nasi. Namun, setelah harga pangan naik, dia tidak bisa lagi membeli beras untuk makan sehari-hari.

“Anak-anak saya suka nasi, saya akan pergi ke toko dengan uang 50 shilling dan membeli setengah kilo beras untuk mereka. Sekarang, saya tidak bisa melakukannya.” kata dia, dikutip dari BBC.

Kambua haya bisa membeli tepung jagung untuk makanan pokok. Tepung itu dimasaknya menjadi adonan kental yang disebut Ugali. Namun, bahan pangan itu kini telah naik harganya.

Akhirnya, Kambua hanya mampu memberi makan keluarganya sehari sekali, bahkan terkadang tidak sama sekali.

“Dulu saya membeli tepung termurah seharga 85 shilling. Sekarang, tepung seharga 150 shilling. Ketika saya tidak bisa menghasilkan uang, kami tidur dalam keadaan lapar,” ujarnya.

Baca juga: Presiden Kenya Batalkan Kenaikan Pajak Usai Demo Besar-besaran dan Parlemen Dibakar

“Tidak ada uang di Kenya”

Penjual di pinggir jalan di kota Nairobi, Christine Naswa juga mengeluhkan hal yang sama.

Ibu lima anak itu mengaku tidak bisa memberi makan anak-anaknya karena biaya hidup yang melonjak. Sementara keuntungannya sebagai pedagang tidak seberapa.

Ada kalanya, perempuan itu bahkan tidak mendapat keuntungan apa-apa dari jualannya.


KUBET

KUBET

KUBET

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *