
JAKARTA, KOMPAS.com – Kekhawatiran akan potensi terjadinya Perang Dunia III mencuat setelah Amerika Serikat (AS) ikut terlibat dalam konflik di Timur Tengah antara Israel dan Iran.
Namun, menurut seorang pakar terkemuka di bidang iklim dan sains atmosfer, Profesor Brian Toon, terdapat 10 negara teraman jika Perang Dunia III terjadi, dan salah satunya adalah Indonesia.
Indonesia menjadi salah satu negara yang aman dari Perang Dunia III karena pernah dengan tegas menyatakan tidak akan memihak negara manapun dalam konflik global.
Hal itu diungkapkan oleh Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, saat menuturkan kebijakan luar negeri Indonesia berupa bebas dan aktif.
Baca juga: Pertamina Hulu Indonesia Bukukan Laba Naik 19 Persen, Tekankan Keselamatan di Hulu Migas
Presiden Indonesia berikutnya juga mengikuti arah kebijakan ini dengan terus menekankan pendekatan independen Indonesia terhadap hubungan internasional dengan fokus yang kuat pada perdamaian global.
Selain Indonesia, dua negara paling aman dari nuklir adalah Selandia Baru dan Australia. Kedua negara itu diklaim dapat bertahan karena mampu mempertahankan pertanian.
“Sebagian besar dunia, terutama di daerah lintang tengah, akan tertutup lapisan es. Tempat-tempat seperti Iowa dan Ukraina akan tertutup salju selama 10 tahun. Pertanian akan gagal, dan ketika pertanian gagal, orang-orang akan mati,” kata dia, dikutip dari Express.
Secara berurutan, 10 negara teraman yang masuk dalam daftar ini adalah Antartika, Selandia Baru, Swiss, Islandia, Indonesia, Afrika Selatan, Argentina, Bhutan, Chili, dan Fiji.
Namun, meski secara politik Indonesia termasuk negara aman ketika Perang Dunia III terjadi, akankah perekonomian nasional tetap aman?
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih belum aman jika terjadi Perang Dunia III. Sebab, tantangan utama ekonomi Indonesia justru berasal dari dalam negeri, bukan dari luar.
“Ketahanan fiskal dan ekonomi Indonesia rentan sekali,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/6/2025).
Menurutnya, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Salah satunya, Indonesia berpotensi akan menjadi tempat investor menempatkan modalnya.
Pasalnya, ketegangan geopolitik ini akan membuat para investor global berbondong-bondong mencari tempat yang aman dan stabil secara politik maupun ekonomi, seperti Indonesia.
Namun, masalah fundamental ekonomi menjadi hambatan sehingga Indonesia tidak siap menyambut peluang-peluang yang akan menghampiri.