KUBET – Kisah Rayyan, Bocah Penari di Ujung Sampan yang Bikin Pacu Jalur Kuansing Mendunia

Anak Togak Luan Pacu Jalur Kuansing, Rayyan bersama ibunya, Rani, saat diwawancarai wartawan di rumahnya di Desa Pintu Lobang Kari, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuansing, Riau, Jumat (4/7/2025).

Lihat Foto

PEKANBARU, KOMPAS.com – Tradisi Pacu Jalur di Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, mendadak menjadi sorotan dunia.

Hal ini dipicu oleh video viral seorang bocah yang menari di ujung sampan panjang saat lomba berlangsung, dalam posisi berdiri sambil menjaga keseimbangan.

Fenomena ini memunculkan istilah “aura farming” di berbagai media sosial, dan banyak diparodikan oleh warga dari berbagai negara.

Bocah penari tersebut dikenal dengan sebutan Togak Luan, simbol bahwa jalur tim mereka sedang memimpin lomba.

Salah satu Togak Luan yang aksinya viral adalah Rayyan Arkan Dikha, bocah berusia 11 tahun asal Desa Pintu Lobang Kari, Kecamatan Kuantan Tengah, Kuansing.

Baca juga: Peserta Pacu Jalur Kuansing Membludak Usai Viral Lagi Tren Aura Farming di TikTok

Tak Menyangka Jadi Viral

Rayyan tak pernah mengira bahwa tariannya di atas sampan akan menarik perhatian internasional.

“Saya tidak menyangka bisa se viral itu. Tahunya setelah melihat media sosial banyak orang luar yang menirukan tarian itu,” ujar Rayyan saat ditemui di rumahnya, Jumat (4/7/2025).

Saat tampil, Rayyan mengenakan stelan teluk belanga warna hitam, tanjak khas Melayu Riau, dan kacamata hitam.

Ia menari secara spontan, mengikuti irama dan semangat timnya yang tengah unggul.

“Itu spontan saja. Tidak ada belajar atau latihan,” katanya.

Pacu Jalur tingkat rayon di Sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Kamis (3/7/2025).KOMPAS.COM/Dok.. Mahviyen Trikon Putra. Pacu Jalur tingkat rayon di Sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Kamis (3/7/2025).

Rayyan merasa sangat bangga karena tradisi yang ia cintai kini dikenal luas oleh masyarakat dunia.

“Alhamdulillah, sangat bangga dan bersyukur Pacu Jalur Kuansing semakin dikenal luas,” ujarnya, didampingi ibunya, Rani.

Tumbuh di Pinggir Sungai Kuantan

Menjadi Togak Luan adalah keinginan Rayyan sejak kecil. Ia terbiasa berenang dan naik sampan di Sungai Kuantan, dua syarat utama menjadi penari di ujung jalur. Keseimbangan dan kemampuan berenang adalah bekal penting.

“Ayah sering ngajak ke Pacu Jalur, jadi saya tertarik,” ungkapnya.

Baca juga: Pacu Jalur Mendunia, Jumlah Wisatawan ke Kuansing Riau Meningkat Tajam

Ayah Rayyan adalah mantan peserta Pacu Jalur dari tim Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo, sementara sang kakak pernah menjadi Togak Luan.


KUBET

KUBET

KUBET

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *