
WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuai kontroversi setelah menggunakan gambar pemakaman massal di Republik Kongo sebagai bukti genosida pada petani kulit putih di Afrika Selatan.
Padahal, gambar tersebut berasal dari rekaman video kantor berita Reuters yang diambil saat konflik bersenjata di kota Goma, Kongo, bukan dari Afrika Selatan seperti yang diklaim Trump.
Insiden ini terjadi saat pertemuan Trump dengan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa di Gedung Putih pada Rabu (21/5/2025).
Baca juga: Trump Mempermalukan Presiden Afrika Selatan di Depan Awak Media dengan Tuduhan Genosida
Dalam pertemuan tersebut, Trump mengangkat cetakan artikel yang menampilkan cuplikan gambar dari video Reuters dan menyatakan, “Ini semua adalah petani kulit putih yang sedang dikuburkan.”
Faktanya, gambar itu menunjukkan pekerja kemanusiaan yang sedang menangani jenazah korban konflik bersenjata antara pasukan pemerintah Kongo dan kelompok pemberontak M23 yang didukung Rwanda.
Trump salah identifikasi, jurnalis Reuters terkejut
Diketahui, gambar tersebut berasal dari rekaman jurnalis video Reuters, Djaffar Al Katanty, yang berada di lokasi pemakaman massal di Goma pada Februari 2025.
“Hari itu sangat sulit bagi jurnalis untuk masuk. Saya harus bernegosiasi langsung dengan M23 dan berkoordinasi dengan Palang Merah agar diizinkan merekam,” kata Al Katanty.
“Hanya Reuters yang memiliki rekaman itu,” imbuhnya.
Ia mengaku terkejut saat melihat Trump menggunakan cuplikan videonya untuk membangun narasi tentang genosida pada petani kulit putih di Afrika Selatan.
“Di hadapan dunia, Presiden Trump menggunakan gambar saya, apa yang saya rekam di Kongo, untuk meyakinkan Presiden Ramaphosa bahwa di negaranya, orang kulit putih sedang dibunuh oleh orang kulit hitam,” ujar Al Katanty.
Baca juga: Trump Putar Video Genosida Kulit Putih di Depan Presiden Afsel, Pertemuan Memanas
Dikutip dari Reuters, gambar yang diambil Trump tersebut sempat muncul dalam artikel dari media konservatif American Thinker yang membahas ketegangan rasial di Afrika Selatan dan Kongo.
Meskipun artikel itu tidak memberikan keterangan gambar secara spesifik, video yang dirujuk memang berasal dari laporan Reuters.
Penulis artikel, Andrea Widburg, mengakui kepada Reuters bahwa Trump salah mengidentifikasi gambar, meski tetap mempertahankan narasi tekanan terhadap warga kulit putih di Afrika Selatan.
Hubungan AS-Afrika Selatan memanas
Kunjungan Ramaphosa ke Washington tersebut awalnya bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara yang sempat menegang akibat beberapa kebijakan luar negeri Trump dan gugatan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Pidana Internasional terkait konflik di Gaza.
Namun, Trump justru menggunakan pertemuan ini untuk menyuarakan narasi terkait genosida petani kulit putih di Afrika Selatan.
Baca juga: 59 Pengungsi Kulit Putih “Afrikaner” Tiba di AS, Disambut Hangat Pejabat Imigrasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.