
JAKARTA, KOMPAS.com – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS Senin (5/5/2025) melemah.
Mengutip data Bloomberg, rupiah hari ini ditutup pada level Rp 16.455 per dollar AS atau melemah 0,11 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di Rp 16.437.
Sementara itu, mengacu pada kurs tengah Jisdor, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada Senin (5/5/2025) berada di level Rp 16.421 per dollar AS, atau menguat dibandingkan hari Jumat (2/5/2025) yang berada di level Rp 16.493 per dollar AS.
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan ketidakpastian terus berlanjut atas tarif perdagangan AS.
Baca juga: Simak Daftar Kurs Rupiah Hari Ini 5 Mei di 5 Bank Besar Indonesia
Trump mengisyaratkan bahwa AS sedang mempersiapkan penandatanganan perjanjian perdagangan dengan beberapa negara.
Selain itu, Trump juga mengatakan pihaknya sedang berdialog dengan China.
“Namun, kesepakatan perdagangan AS-China merupakan titik ketidakpastian terbesar bagi pasar, terutama setelah keduanya terlibat dalam perang dagang dan pertukaran tarif yang sengit hingga April,” kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (5/5/2025).
Ia menambahkan, China pada hari Jumat mengatakan sedang mengevaluasi kemungkinan perundingan perdagangan dengan AS, dengan menyatakan bahwa dialog apa pun harus didasarkan pada ketulusan dan penghapusan tarif sepihak.
Selain itu, investor juga melangkah hati-hati menjelang pertemuan kebijakan The Fed yang dimulai akhir minggu ini.
Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah karena para pembuat kebijakan telah mengambil sikap hati-hati untuk menilai dampak tarif Trump terhadap inflasi.
“Keputusan itu muncul di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara Presiden Trump dan Federal Reserve, karena Presiden AS terus menekan bank sentral untuk menurunkan suku bunga,” ujarnya.
Sementara itu, dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2025 melambat ke 4,87 persen secara tahunan (yoy) dan terkontraksi 0,89 persen secara kuartalan (qtq).
Meski terjadi kontraksi secara kuartalan, BPS akan terus memantau perkembangan ekonomi pada triwulan berikutnya dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk belanja pemerintah, tren konsumsi domestik, serta kondisi eksternal seperti harga komoditas dan stabilitas perdagangan internasional.
Di tengah capaian pertumbuhan tahunan yang terjaga, sejumlah ekonom menilai pentingnya memperhatikan keberlanjutan konsumsi domestik yang menjadi pilar utama ekonomi nasional.
Menurut Ibrahim, konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89 persen memang menjadi penyumbang terbesar terhadap produk domestik bruto.
“Namun, pertumbuhan ini dinilai masih belum cukup kuat untuk mengimbangi tekanan dari kontraksi sektor-sektor lainnya, terutama di tengah tren global yang belum menentu serta dampak kebijakan fiskal yang bersifat musiman,” tutup dia.
Baca juga: 4 Uang Kertas Rupiah Ditarik BI, Penukaran hingga 30 April 2025
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.